Jumat, 25 November 2011

Gen Letal

Di Susun Oleh Kelompok II:
1. Jamal
2. Siti Purwasih
3. Frandianus Agustinus

Kelas B5...
STKIP PERSADA KHATULISTIWA SINTANG


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Genetika adalah ilmu pengetahuan dasar dalam usaha penyediaan bibit tanaman maupun ternak yang unggul dalam bidang pertanian dan perternakan, dibidang kedokteran dalam hal ini lingkup ilmu genetika sangat luas membahas masalah peranan kromosom, pewarisan sifat genetik dan antropologik, terjadinya cacat mental dan fisik yang disebabkan oleh kromosom. Timbulnya penyakit akibat kesalahan metabolisme bawaan, respon tubuh terhadap obat, tranplantasi, penyakit autoimun dan golongan darah, keturunan pada kanker, diagnisis kelainan genetik sebelum bayi lahir, identifikasi bayi tertukar ataupun adopsi. Termasuk salah satunya tetntang gen letal yang melatarbelakangi penulisan makalah kami ini.
Memang sangat sukar dijalankan penelitian genetika dengan obyek manusia ada beberapa alasan diantaranya:
1. Manusia tidak mau apakah dalam keluarganya terdapat penyakit/ kelainan/cacat genetik.
2. Penelitian tidak mungkin memeksakan suatu perkawinan untuk kepentingannya
3. Suatu keluarga sekarang relatip memilih KB sehingga sulit untuk memperoleh rasio populasi yang diharap.
4. Umur manusia yang terlalu panjang,sehingga penelitinya sudah meninggal sebelum hasilnya didapat.
5. Jumlah kromosom 46 pada manusia termasuk banyak sehingga teramat sukar diamati dan dihitung.





B. RUMUSAN MASALAH
Untuk lebih memfokuskan dan mengoptimalkan pembahasan, maka permasalahan yang diangkat pada pembahasan makalah ini hanya terbatas pada gen letal saja. Ada pun masalah yang kami angkat yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan gen letal?
2. Terbagi dari apa sajakah gen letal itu?
3. Bagaimana pengaruh gen letal terhadap mahkluk hidup?

C. MANFAAT PENULISAN MAKALAH
Dalam setiap pembahasan dari setiap masalah sudah pasti mempunyai maksud dan tujuan yang telah ditentukan. Berhubungan dengan hal tersebut, ini sangat penting untuk tercapainya suatu tujuan dalam penulisan suatu karya tulis/makalah. Maka ada pun tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Menanamkan kesadaran akan pentingnya penulisan karya tulis.
2. Meningkatkan kemampuan berpikir secara ilmiah.
3. Meningkatkan motivasi untuk menganalisis, menelaah suatu permasalahan dan mengambil kesimpulan seta memberi saran bagaimana baiknya.
4. Secara khusus dapat mengetahui pengertian dari gen letal dan pengaruh gen letal terhadap mahkluk hidup itu sendiri.








BAB II
PEMBAHASAN MATERI
A. PENGERTIAN GEN LETAL
Gen letal atau gen kematian adalah gen yang dalam keadaan homozigotik dapat menyebabkan kematain individu yang dimilikinya. Ada gen letal yang bersifat dominan dan ada pula yang resesip. Kematian ini dapat terjadi pada masa embrio atau beberapa saat setelah kelahiran. Akan tetapi, adakalanya pula terdapat sifat subletal, yang menyebabkan kematian pada waktu individu yang bersangkutan menjelang dewasa. Ada dua macam gen letal, yaitu gen letal dominan dan gen letal resesif. Gen letal dominan biasanya menyebabkan letal dalam susunan homozigot, sedangkan dalam sususunan heterozigot ada yang subletal, ada pula yang bisa hidup sehat sampai dewasa dan berketurunan. Yang heterozigot seperti halnya letal resesif, mewariskan karakter buruk itu kepada keturunan. Bedanya dengan letal resesif, heterozigot letal dominan ada memperlihatkan fenotipe cacat atau kelainan, sedangkan heterozigot letal resesif tidak ada, artinya hidup normal dan tak memperlihatkan kelainan.

B. LETAL RESESIF
1. Albino Pada Tanaman
Pada tanaman karakter albino tergolong letal, karena tak mengandung klorofil yang mutlak dibutuhkan untuk fotosintesis. Karena tanaman itu tak dapat hidup saprofit atau parasit maka ia pun tidak dapat membuat makanan organis, lalu mati. Ini sering dijumpai pada tanaman jagung.
Karakter letal ini bersifat resesif oleh gen G-g.
G= normal, ada klorofil
g= albino, tidak berklorofil

Tanaman normal bergenotipe GG. Yang heterozigot Gg hidup terus sampai berbunga dan berbuah, tapi kekuningan.yang homozigot resesif gg mati waktu kecambah.
Karena gg mati waktu berkecambah berarti individu yang bergenotipe demikian tidak bisa berketurunan. Kelainan itu diwariskan kepada keturunan melalui individu heterozigot Gg.
Sebagai contoh apabila jagung kekuningan dikawinkan sesamanya terdapat benih yang memiliki ratio penotif 1normal: 2 kekuningan: 1albino. Beberapa hari kemudian kecambah albino mati dan yang tumbuh terus sampai dewasa dan berbuah memiliki ratio 1 normal: 2 kekuningan. Jadi disini ratio penotif waktu dewasa ialah 1:2 antara normal dan kekuningan.
P: Gg X Gg
(Kekuningan) (Kekuningan)


♀ G g
G GG Gg
g Gg gg
F:







Ratio F1 : Geno: Kecambah : 1GG : 2Gg : 1gg
Dewasa : 2Gg : 1gg
Feno : Kecambah : 1 Nor : 2 Kekuningan:1Albino
Dewasa : 1 Normal : 2Kekuningan.




2. Sapi “bulldog”
Diantara gen letal resesif yang banyak itu, yang paling terkenal ialah pada sapi bulldog. Yakni bayi sapi yang lahir mirip anjing bulldog, karena bentuk kepala dan moncongnya aneh. Biasanya anak sapi bulldog digugurkan (abortus) saat berumur 6-8 bulan dalam kandungan.
Sapi bulldog turunan dari sapi ras Dexter. Sapi ini bertubuh pendek, dan secara gen terbukti bergenotipe heterozigot, berarti karrier terhadap gen letal.
Jika sapi Dexter dikawinkan sesamanya, ¼ bagian anak mereka bolldog. ½ persis seperti P yakni Dexter dan ¼ normal. Yang normal ini bertubuh biasa disebut sapi Kerry. Karena yang bulldog mati setelah lahir maka perbandingan penotif setelah lahir itu ialah 2:1 antara dexter dan Kerry. Simbol gennya: D-d (D dari kata Dexter.)

P: Dd X Dd
(Dexter) (Dexter)


♀ D d
D DD Dd
d Dd dd
F:







Ratio F1 : Geno : 1DD : 2Dd : 1dd
Feno : 1Kerry : 2Dexter : 1Buldog (setelah beberapa waktu kelahiran (1Kerry : 2Dexter)


3. Kelinci Pelger
Anomali Pelger ini, yang homozigot resesif ini biasanya mati sebelum lahir atau segera setelah kelahiran, Yang heterozigot ini disebut kelinci pelger
Simbol genetis P-p (dari kata Pelger). Jika kelinci Pelger kawin sesama, maka ¼ atau 25% anak mereka mati waktu sebelum lahir.
P: Pp X Pp
(Pelger) (pelger)


♀ P p
P PP Pp
p Pp Pp
F:







Ratio F1 : Geno: 1PP : 2Pp : 1pp
Feno : 1 prk: 2 plt : 1 pth (pth mati waktu lahir)


4. Rubah Platina
Rubah normal bulunya berwarna merah, ada warna platina (kelabu kebiruan), ada pula perak dan hitam.
Kalau platina dikawinkan sesama, ternyat ada ¼ bagian anak mereka yang berbulu putih dan mati saat lahir atau beberapa hari setelah lahir (paling tahan sebulan). Ternyata pula ¼ anak mereka itu berwarna perak dan ½ lagi platina seperti P. Itu bearti bahwa karakter warna bulu platina itu bersifat letal. Rubah platina ternyata heterozigot Pp, sedangkan perak homozigot dominan PP
P: Pp X Pp
(Platina) (platina)

Ratio F1 : Geno: 1PP : 2Pp : 1pp
Feno : 1 Normal : 2 Perger : (pp mati waktu lahir)

5. Pada manusia dikenal gen letal resesip I yang bila homozigotik akan memperlihatkan pengaruhnya letal, yaitu timbulnya penyakit Ichytosis congenita. Kulit menjadi kering dan betanduk. Pada permukaan tubuh terdapat bendar-bendar berdarah. Biasanya bayi telah mati dalam kandungan.
P betina Ii x jantan Ii
normal normal
F1
Jantan
betina I i
I II
normal Ii
normal
i Ii
normal ii
letal








C. LETAL DOMINAN
1. Ayam berjambul
Karakter ayam berjambul diamati pertama kali oleh Charles Darwin (1887). bulu di kepala panjang dan tegak. Ayam ini nampak menarik dan banyak disenangi orang sehingga diternakan sebagai binatang kesayangan. Ayam berjambul itu bergenotipe heterozigot Crer. Yang homozigot dominan (CrCr) mati waktu embrio dierami sekitar 10 hari (normal 21 hari). Jika diperiksa tengkorak embrio itu, ternyata lobang tulang dahi itu besar sehingga otak daerah cerebrum menjulur, membentuk burut (hernia).
Jika ayam berjambul dikawinkan sesamanya maka ¼ bagian telurnya tak menjadi. Dari yang menetas 1/3 tak berjambul (normal), 2/3 lagi berjambul.
Crcr x Crcr
(berjambul) (berjambul)

Ratio: Geno: 1CrCr: 2Crcr: 1crcr
Feno: 2jbl: 1nor.

2. Ayam Redep
Pada ayam ada gen dominan yang menyebabkan kematian waktu embrio dalam susunan homozigot. Yang heterezigot dapat hidup, tapi memiliki keabnormalan atau cacat. Alel resesif gen itu rupanya adalah gen yang asli, yang berperanan mengatur pertumbuhan tulang, khususnya differensiasi tulang rawan. Alel mutatnya yang dominan menyebabkan pertumbuhan tulang terganggu.
Yang heterozigot memiliki anggota pendek, baik kaki maupun sayap. Disebut redep atau creeper. Simbol genetis: Cp-Cp. Yang homozigot dominan (CpCp) kalau diperiksa memiliki aneka kelainan atau cacat (sindroma): mata bercelah, tubuih lebih kecil, tak ada kelopak mata, kepala rusak, rangka tak mengalami osifikasi.

P: Cpcp x Cpcp
(redep) (redep)





♀ Cp cp
Cp CpCp Cpcp
cp Cpcp cpcp
F:







Ratio F1 : Geno: 1 CpCp : 2 Cpcp : 1cpcp
Feno : 2 Redep : 1 Normal

Umumnya CpCp mati ketika embrio dierami 3 hari. Kadang ada yang tahan sampai 19 hari eraman, dekat waktu menetas.meski ayam Cpcp hidup dengan kaki pendek, redep, dan nampak biasa, tapi sesungguhnya ia menggandung penyakit keturunan khronis, yang disebut achondroplasia (chondrodystrophy).
Tabel di atas memperlihatkan keturunan redep kalau kawin sesamanya. Ratio fenotip F1-nya ialah: 2redep: 1normal. Karena dari ratio genotipe 1CpCp: 2Cpcp: 1CpCp mati embrio.

3. Orang brachydactyly
Brachydactyly, ialah orang yang berjari pendek. Cacat keturunan ini diturunkan secara dominan. Dalam susunan homozigot dominan menyebabkan kematian dalam masa embrio, persis seperti ayam redep. Simbol untuk brachydactyly ialah Bd, dan alel bd untuk normal.
Kalau orang brachydactyly kawin sesamanya, maka ratio anak mereka yang mungkin lahir ialah: 2brachy: 1nor.



P: ♂ Bd bd X Bd bd ♀


♀ Bd bd
Bd Bd Bd Bd bd
bd Bd bd bd bd
F:







Ratio F1 : Geno: 1 Bd Bd : 2 Bd bd : 1 bd bd
Feno : 2 Brach : 1 Normal

4. Tikus kuning
Pada tikus dikenal pula gen kematian. Pada dasarnya gen asli ialah mengatur pigmentasi kulit (bulu). Tapi rupanya setelah bermutasi selain menumbuhkan pigmentasi abnormal, juga dapat menyebabkan kematian waktu embrio jika dalam susunan homozigot.
Gen kematian pada tikus itu ialah Y, dan alel resesif y merupakan alel normal. (Y berasal dari kata: yellow).

P: ♂ Yy X Yy ♀
(Kuning) (Kuning)

♀ Y y
Y YY Yy
y Yy yy
F:






Kalau tikus bergenotipe Yy fenotipnya berbulu kuning dan gemuk. Bergenotipe YY tak ada, berarti mati waktu embrio. Bergenotipe yy ialah tikus normal, bulunya kelabu. Tikus kuning sesamanya, akan memiliki anak dengan ratio: 2kuning: 1normal (kelabu).

D. LETAL RANGKAI KELAMIN
Pada Drosophila, ayam dan merpati dikenal dengan adanya gen rangkai kelamin yang bersifat letal. Gen itu terletak pada fragmen nonhomolog kromosom X. Sesungguhnya bersifat resesif, tapi pada jantan yang hemizigot, bisa jadi letal. Oleh kehadiran gen letal pada kromosom X ini maka ½ bagian anak yang jantan akan mati waktu embrio. Di sepihak ini bermanfaat bagi manusia untuk membuat keturunan suatu serangga yang makin susut, di pihak lain merugikan jika terdapat pada ayam yang perlu untuk peternakan.
Kromosom X yang mengandung gen mutant yang jadi letal itu diberi simbol X’. Skema sebagai berikut:
P: ♂ XX x XV ♀

♀ X X’
X XX XX’
Y XY X’Y
F:







Ratio : 1XX: 1XX’: 1XY: 1X’Y
2 hidup: 1 hidup: 1 mati larva.
Letal rangkai kelamin pada Drosophila.



BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Gen letal atau gen kematian adalah gen yang dalam keadaan homozigotik dapat menyebabkan kematain individu yang dimilikinya. Ada gen letal yang bersifat dominan dan ada pula yang resesip. Gen letal ialah gen yang dapat mengakibatkan kematian pada individu homozigot. Kematian ini dapat terjadi pada masa embrio atau beberapa saat setelah kelahiran. Akan tetapi, adakalanya pula terdapat sifat subletal, yang menyebabkan kematian pada waktu individu yang bersangkutan menjelang dewasa. Ada dua macam gen letal, yaitu gen letal dominan dan gen letal resesif. Gen letal dominan dalam keadaan heterozigot dapat menimbulkan efek subletal atau kelainan fenotipe, sedang gen letal resesif cenderung menghasilkan fenotipe normal pada individu heterozigot.
Peristiwa letal dominan antara lain dapat dilihat pada ayam redep (creeper), yaitu ayam dengan kaki dan sayap yang pendek serta mempunyai genotipe heterozigot (Cpcp). Ayam dengan genotipe CpCp mengalami kematian pada masa embrio. Apabila sesama ayam redep dikawinkan, akan diperoleh keturunan dengan nisbah fenotipe ayam redep (Cpcp) : ayam normal (cpcp) = 2 : 1. Hal ini karena ayam dengan genotipe CpCp tidak pernah ada.
Sementara itu, gen letal resesif misalnya adalah gen penyebab albino pada tanaman jagung. Tanaman jagung dengan genotipe gg akan mengalami kematian setelah cadangan makanan di dalam biji habis, karena tanaman ini tidak mampu melakukan fotosintesis sehubungan dengan tidak adanya khlorofil. Tanaman Gg memiliki warna hijau kekuningan, sedang tanaman GG adalah hijau normal. Persilangan antara sesama tanaman Gg akan menghasilkan keturunan dengan nisbah fenotipe normal (GG) : kekuningan (Gg) = 1 : 2.


B. SARAN
Dari keterangan dimuka dapat diketahui, bahwa gen letal dominan dalam keadaan heterozigotik akan memperlihatkan sifat cacat, tetapi gen letal resesip tidak demikian halnya. Berhubung dengan itu lebih mudah kiranya untuk mendeteksi hadirnya gen letal dominan pada satu individu daripada gen letal resesip.
Gen-gen letal dapat dihilangkan (dieliminir) dengan jalan mengadakan perkawinan berulang kali pada individu yang menderita cacat akibat adanya gen letal. Tentu saja hal ini mudah dapat dilakukan pada hewan dan tumbuh-tumbuhan tetapi tidak pada manusia.
Kemampuan mendieliminir gen letal hendaknya harus dilakukan oleh kita semua, terutama bagi mereka yang bekerja/berwiraswasta di bidang peternakan atau pertanian. Dengan memiliki kememampuan mendieliminir gen letal ini, tentunya akan dapat menghasilkan hasil yang lebih unggul yang tentunya kan mendapatkan produk/panen yang baik dengan kualitas yang baik.

Organ Pada Tumbuhan

Makalah oleh Frandianus Agustinus, Hapsari Nilam Ressati, Nanik Lestari, Dewi Kurnia, Ari Imelda.

Tugas Struktur Tumbuhan
STKIP PERSADA KHATULISTIWA SINTANG

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat kasih dan karunia-Nyalah, kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini tepat pada waktunya. Ada pun tema yang diangkat dalam makalah ini adalah membahas tentang “ Struktut Organ pada Tumbuhan”. Makalah ini dibuat dan dipersiapkan dalam rangka untuk memenuhi tugas terstruktur pada mata Kuliah Struktur Tumbuhan.
Dalam penyelesaian makalah ini kami menyadari bahwa hal ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak. Maka dari itu penulis ingin mengucapkan terina kasih terutama kepada Ibu Klara Niuntri, S.P sebagai Dosen Pegasuh Mata Kuliah Struktur Tumbuhan yang telah menyumbangkan pengetahuannya untuk kami, terutama pengetahuan yang berkenaan dengan tema yang dibahas dalam makalah ini, sehingga memotivasi kami untuk membahas tema ini secara lebih mendalam. Ucapan terima kasih juga tak lupa kami berikan kepada teman-teman sekelas, yang sama-sama berjuang dan saling menyemangati selama proses penulisan makalah ini sampai selesainya.
Akhirnya, disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki, kami menyadari bahwa karya tulis ini belumlah sempurna dan masih terdapat kekurangannya. Maka dari itu, dengan kerendahan hati kami menerima kritik dan saran yang membangun demi perbaikan tulisan ini ke arah yang lebih baik. Kami juga berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua pembaca, terutama untuk menambah pengetahuan kita untuk mengetahui organ pada tumbuhan.

Sintang, November 2011

Penyusun



BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Semua bagian tubuh tumbuh-tumbuhan atau sering disebut sebagai alat hara, secara langsung ataupun tidak langsung berguna untuk menegakkan kehidupan tumbuhan, ada bagian tubuh yang berguna untuk penyerapan, ada yang berguna untuk pengolahan, pengakutan, dan ada pula yang berguna untuk penimbunan zat-zat makanan. Jika salah satu unsur dari alat hara tersebut tidak dapat berfungsi dengan baik dari bagian tubuh tumbuhan, maka jenis tumbuhan yang tidak mampu bertahan, cepat atau lambat tumbuhan tersebut akan mati, dan bukan hal yang aneh bila kita sering menjumpai hal tersebut pada tanaman. Supaya tumbuhan dapat tumbuh dengan baik, maka kita perlu mengenal bentuk dan struktur dari bagian tubuh tumbuhan tersebut. Dengan demikian dapat memperlakukan suatu tanaman dengan baik.
Dalam kalangan masyarakat luas, jika melihat suatu jenis tumbuhan, dianggap sebagai hal yang biasa, tetapi jika diperhatikan secara seksama, tumbuhan memiliki keunikannya tersendiri. Struktur tumbuhan yang lengkap terdiri atas akar, batang, daun, bunga. Bermacam struktur tersebut merupakan stuktur yang dapat bekerjasama antara yang satu dengan yang lainnya dalam melangsungkan kehidupan tumbuhan.
Menyikapi permasalahan yang ada, kepada para pembaca, penyusun mencoba memperkenalkan beberapa organ dari tumbuhan yaitu mulai dari akar sampai bunga. Tema ini penyusun angkat karena, berbagai organ tersebut memiliki peranan penting dalam kehidupan suatu tumbuhan. Di samping itu, bila kita mampu mengkaji setiap organ dari tumbuhan tentunya akan dapat meningkatkan rasa keinginan kita untuk melihat langsung bahkan menanamnya serta memliharanya dengan baik. Seperti yang kita ketahui, beberapa jenis tanaman memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi.




2. Rumusan Masalah
Untuk lebih memfokuskan dan mengoptimalkan pembahasan, maka permasalahan yang diangkat pada pembahasan makalah ini hanya terbatas pada beberapa hal di bawah ini, diantaranya:
a. Bagaimanakah sifat, struktur dan apa fungsi akar?
b. Bagaimanakah sifat, struktur dan apa fungsi batang?
c. Bagaimanakah sifat, struktur dan apa fungsi daun?
d. Bagaimanakah sifat, struktur dan apa fungsi bunga?
e. Bagaimankah sifat dan struktur buah dan biji?

3. Tujuan Penulisan Makalah
Ada pun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
a. Untuk mengetahui sifat struktur dan fungsi akar.
b. Untuk mengetahui sifat struktur dan fungsi batang.
c. Untuk mengetahui sifat struktur dan fungsi daun.
d. Untuk mengetahui sifat struktur dan fungsi bunga.
e. Untuk mengetahui sifat dan struktur buah dan biji.

4. Manfaat Penulisan Makalah
Ada pun penyusunan makalah ini secara umum diharapkan dapat memberi manfaat diantaranya:
a. Sebagai salah satu alternatif bacaan untuk menambah pengetahuan tentang organ pada tumbuhan.
b. Untuk mempertajam kemampuan untuk mengidentifikasi organ pada suatu tumbuhan.










BAB II
PEMBAHASAN
Organ-organ yang terdapat pada tumbuhan adalah sebagai berikut:
1. Akar (Radix)
Akar merupakan bagian bawah dari sumbu tumbuhan dan biasanya berkembang di bawah permukaan tanah, meskipun terdapat juga akar yang tumbuh di atas tanah.
a. Sifat akar dan fungsi akar
Sifat akar secara umum sebagai berikut:
 Cenderung tumbuh ke bawah atau ke samping (geotropisme).
 Umumnya berwarna kecoklatan, tidak berwarna hijau.
 Pada akar primer, floem dan xilem tersusun dalam radius yang berbeda.
 Ujung akar mempunyai zona pertumbuhan yang pendek dan dilindungi tudung akar.
 Di daerah dekat ujung akar dijumpai adanya rambut akar.
 Kondisi lingkungan seringkali mempengaruhi pertumbuhan akar.
 Akar berkembang dari meristem apikal di ujung akar yang dilindungi kaliptra (tudung akar).
Fungsi akar secara umum sebagai berikut:
 Tempat melekatnya tumbuhan pada media (tanah) karena akar memiliki kemampuan menerobos lapisan-lapisan tanah.
 Menyerap garam mineral dan air, melalui bulu-bulu akar, air masuk ke dalam tubuh tumbuhan.
 Pada beberapa tanaman, akar digunakan sebagai tempat penyimpanan cadangan makanan, misalnya ketela pohon.
 Pada tanaman tertentu, seperti jenis tumbuhan bakau, akar berperan untuk pernapasan.
 Menyokong tumbuhan agar berdiri tegak.
 Menahan berdirinya tumbuhan.
b. Struktur morfologi akar
Sistem perakaran tumbuhan dibedakan menjadi sistem perakaran serabut dan tunggang. Sistem perakaran tunggang terdapat pada tumbuhan Dicotyledoneae dan Gymnospermae yang tumbuh dari bagian ujung hipokotil yang berkembang dari akar lembaga, yaitu akar primer.

Akar primer tumbuh menjadi batang akar, bercabang sebagai akar lateral. Bagian dewasa dari akar, biasanya mengalami penebalan sekunder. Pada permukaan akar sel epidermis membentuk bulu akar dan setiap ujung percabangan akar disebut kaliptra.
Sistem perakaran serabut terdapat pada tumbuhan Monocotyledoneae. Akar primer mereduksi sehingga akar tumbuh pada buku-buku batang sebagai akar liar (Radix adventitious). Umumnya akar serabut tidak mengalami penebalan sekunder.
Pada Monocotyledoneae, akar biasanya mati pada awal pertumbuhan dan sistem akar dari tumbuhan dewasa terdiri atas sejumlah akar serabut. Akar mempunyai struktur luar yang meliputi tudung akar, batang akar, cabang akar (pada Dicotyledoneae dan Gymnospermae), dan bulu akar.


c. Struktur anatomi akar
Secara umum struktur anatomi akar tumbuhan sebagai berikut:
 Epidermis terdiri dari satu lapis sel yang tersusun rapat, dinding selnya tipis dan memiliki rambut-rambut akar.
 Korteks terdiri dari banyak sel dan tersusun berlapis-lapis, dinding selnya tipis dan mempunyai banyak ruang antarsel.
 Endodermis terletak di sebelah dalam korteks, berupa satu lapis sel yang tersusun rapat tanpa ruang antarsel. Dinding selnya mengalami penebalan gabus, dan deretan sel-sel endodermis ini disebut pita kaspari.
 Stele (silinder pusat) terletak di sebelah dalam endodermis, dimana berkas pengangkut terdapat di antara stele.
1. Struktur anatomi akar tumbuhan Dicotyledoneae
Jaringan Letak Fungsi
a Epidermis atau eksodermis Bagian terluar akar. Jalan masuk air dan garam mineral.
b Korteks Di sebelah dalam epidermis. Cadangan makanan.
C Endodermis Lapisan antara korteks dan perisikel. Mengatur masuknya air tanah ke dalam pembuluh dan menyimpan zat makanan.
D Perisikel Sebelah lapisan dalam endodermis. Membentuk cabang akar dan kambium gabus.
E Xilem Bagian tengah akar. Mengangkut air dan garam mineral dari dalam tanah.
F Floem Di antara jari-jari yang dibentuk oleh xilem. Mengangkut hasil fotosintesis ke seluruh bagian tumbuhan.
G Empulur Bagian tengah. Menyimpan cadangan makanan.

Dicotyledoneae tersusun radial atau membentuk jari-jari. Xilem berbentuk bintang di pusat dan floem mengelilingi xilem. Di antara xilem dan floem terdapat kambium. Aktivitas kambium ke arah luar membentuk unsur kulit dan ke arah dalam membentuk unsur kayu.
2. Strukutur anatomi akar Monocotyledoneae
Struktur anatomi akar tumbuhan monokotil sebagai berikut:
 Epidermis, korteks, dan perisikel memiliki struktur, lokasi,dan fungsi seperti pada akar tanaman Dicotyledoneae.
 Fungsi xilem dan floem sama seperti pada tanaman dikotil, tetapi letak keduanya berdekatan karena tidak memiliki kambium.
 Empulur terletak di bagian tengah serta dikelilingi xilem dan floem yang berselang-seling.

2. Batang
a. Sifat dan fungsi batang
Pada umumnya batang memiliki sifat-sifat berikut:
 Berbentuk seperti tabung (silindris).
 Terdapat ruas-ruas batang (internode) yang dibatasi buku-buku batang (node) dimana pada node terdapat daun.
 Biasanya tumbuh tegak di atas tanah menuju cahaya matahari.
 Pada tumbuhan dikotil selalu bertambah panjang dan mengadakan percabangan.
 Mengadakan percabangan yang tidak digugurkan, kecuali cabang atau ranting kecil.
 Umumnya tidak berwarna hijau, kecuali tumbuhan yang umurnya masih pendek, misalnya pada batang yang masih muda.
Adapun fungsi batang yaitu:
 Temapat pengangkutan air dan unsur hara dari akar ke daun.
 Memperluas tajuk tumbuhan untuk efisiensi penangkapan cahaya matahari.
 Tempat tumbuhnya organ-organ generatif.
 Pada tumbuhan tertentu, sebagai tempat cadangan makanan.
b. Struktur morfologi batang
Batang tumbuhan berbiji (Spermatophyta) memiliki bagian buku batang dan ruas, kuncup atau tunas (gemma), daun serta bunga. Pada umumnya kuncup tumbuh pada buku batang.
Kuncup pada batang berdasarkan posisi pada batang dibedakan antara kuncup ujung (gemma terminalis) dan kuncup samping (gemma aksilaris). Berdasarkan perkembangannya, kuncup dibedakan antara kuncup daun atau cabang (gemma foliifera), kuncup bunga (gemma floriifera) dan kuncup campuran (gemma mixta).
Berdasarkan pertumbuhan dan perkembangannya, kuncup daun/cabang batang pokok pada tumbuhan dibedakan menjadi:
1. Monocaulis, batang yang pertumbuhannya didominasi oleh kuncup ujung. Kuncup lateral mereduksi perbungaan sehingga terbentuk struktur batang tunggal.
a. Monocaulis monocarpi, misalnya pada keluarga pisang (Musaceae) dan Zingiberaceae.
b. Monocaulis polycarpi, misalnya pada kelapa (Cocos nucifera) dan aren (Arenga pinnata).
2. Monopodial, batang yang pertumbuhannya didominasi oleh kuncup ujung dan kuncup lateral. Misalnya pada jati (Tectona grandis).
3. Sympodial, batang yang pertumbuhannya didominasi oleh kuncup samping, kuncup ujung pertumbuhannya lambat. Misalnya pada paku resam (Gleichenia sp.).

Batang pokok tumbuhan berdasarkan arah tumbuhnya diklasifikasikan menjadi batang tegak, condong ke atas, mendatar, dan merayap. Arah tumbuh cabang batang memiliki dua tipe yaitu tegak (artotrop) dan mendatar (flagiotrop). Dalam perkembangannya, arah tumbuh cabang batang terhadap batang pokok dibedakan menjadi tegak, condong ke atas, menggantung, dan condong ke bawah.











c. Struktur anatomi batang
Struktur anatomi batang dari luar ke dalam yaitu:
Jaringan Ciri-ciri
1. Epidermis  Tersusun oleh selapis sel, tersusun rapat, tanpa ruang antarsel, dinding luar terdapat kutikula. Pada tumbuhan kayu yang telah tua, terdapat kambium gabus.
 Aktivitas kambium gabus melakukan pertukaran gas.
 Derivat epidermis adalah sel silika dan sel gabus.
2. Korteks  Tersusun oleh beberapa lapis sel parenkim yang tidak teratur dan berdinding tipis, banyak ruang antarsel.
 Terdapat kolenkim dan sklerenkim sebagai penyokong dan penguat tubuh.
 Sel-sel korteks sebelah dalam yang mengandung amilum disebut floeterma (sarung tepung).
3. Stele (silinder pusat)  Lapisan terluar disebut perisikel.
 Di dalamnya terdapat sel parenkim dan berkas pengangkut.

1. Struktur anatomi batang Dicotyledoneae
Adapun jaringan penyusun, letak, dan fungsi tiap-tiap jaringan penyusun batang Dicotyledoneae dijelaskan dalam tabel berikut:



Jaringan Letak Fungsi
a Epidermis Bagian terluar batang. Zat kitin pada batang melindungi agar tidak kehilangan air terlampau banyak.
b Korteks Di antara lapisan endodermis.  Sel-sel kolenkim sebagai jaringan penunjang.
 Sel-sel parenkim sebagai jaringan dasar, pengisi dan penyimpan zat.
c
Stele
 Perisikel
 Sebelah dalam lapisan endodermis.
 Menyelubungi berkas pembuluh batang.

Memberi kekuatan pada batang.
 Berkas pembuluh
1. Floem  Bagian dalam perisikel.
 Bagian luar berkas pembuluh atau bagian luar kambium. Pengangkutan zat.

Mengangkut zat makanan hasil fotosintesis menuju ke seluruh tubuh.
2. Xilem Bagian dalam berkas pembuluh atau bagian dalam kambium. Mengangkut air dan garam mineral yang diserap akar menuju daun.
3. Kambium Di antara berkas pembuluh xilem dan floem. Ke dalam membentuk jaringan xilem dan ke luar membentuk jaringan floem.

Khusus pada batang Dicotyledoneae dan Gymnospermae terjadi pertumbuhan batang sekunder, yaitu pertambahan besar batang disebabkan oleh pertambahan jaringan sekunder pada jaringan primer, dan merupakan aktivitas kambium. Sehingga jaringan kambium disebut titik tumbuh sekunder.
Aktivitas kambium menyebabkan terbentuknya lingkaran tahun, yaitu lingkaran atau lapisan yang menunjukkan kambium melakukan pembelahan. Lingkaran tahun berupa lapisan melingkar berselang-seling berupa garis dan berguna untuk memperkirakan umur pohon.
1. Struktur anatomi batang Monocotyledoneae
Adapun jaringan penyusun, letak, dan fungsi tiap-tiap jaringan penyusun batang Monocotyledoneae dijelaskan dalam tabel berikut:
No Jaringan Letak Fungsi
a Epidermis Bagian terluar batang. Perlindungan terhadap kehilangan air.
b Meristem dasar Seluruh jaringan yang berada di bagian dalam epidermis. Pada tumbuhan Monocotyledoneae belum begitu jelas.

c Berkas pumbuluh Tersebar pada meristem dasar dan dilindungi sarung berkas pengangkut. Xilem dan floem berfungsi seperti pada tumbuhan Monocotyledoneae.

Secara morfologi terdapat perbedaan yang jelas antara batang tumbuhan Monocotyledoneae dan Dicotyledoneae. Tumbuhan Dicotyledoneae umumnya mempunyai batang yang bagian bawahnya lebih besar dan ke ujung semakin mengecil serta dapat mempunyai percabangan atau tidak.
Sebaliknya, batang tumbuhan Monocotyledoneae umumnya mempunyai ukuran yang relatif sama dari pangkal sampai ke ujung batang.


3. Daun (Folium)
a. Sifat dan fungsi daun
Secara umum daun mempunyai sifat berikut:
 Hanya terdapat pada batang dan tidak pernah terdapat pada bagian lain pada tubuh tumbuhan.
 Biasanya berbentuk tipis melebar dan berwarna hijau.
 Daun mempunyai umur terbatas, setelah gugur akan meninggalkan bekas pada batang.
Secara umum fungsi daun sebagai berikut:
 Asimilasi makanan, terjadi proses pembuatan makanan yang digunakan tumbuhan untuk kelangsungan proses seterusnya.
 Respirasi, berfungsi sebagai organ pernapasan dimana terdapat stomata yang berfungsi untuk pertukaran gas. Daun mengambil CO2 di udara dan melepas O2 ke udara.
 Transpirasi dan gutasi, tumbuhan yang kelebihan air dapat menyebabkan kebusukan dan mati. Sehingga air tersebut dikeluarkan oleh tumbuhan dalam bentuk uap air melalui mulut daun/stomata.
b. Struktur morfologi daun
Secara morfologi, daun yang lengkap memiliki bagian-bagian berupa: vagina (pelepah daun), petiolus (tangkai daun), tulang daun, dan lamina (helaian daun). Daun disebut tidak lengkap jika daun tidak memiliki salah satu bagian pokok daun.
Daun tidak lengkap dikelompokkan menjadi empat, yaitu:
1. Daun bertangkai, artinya daun yang hanya memiliki helaian dan tangkai daun. Misalnya daun nangka (Artocarpus integra).
2. Daun berpelepah, artinya daun yang hanya memiliki helaian daun dan pelepah. Misalnya daun jagung (Zea mays).
3. Daun duduk, artinya daun yang hanya memiliki helaian daun saja, misalnya daun tempuyung (Sonchus arvensis).
4. Daun semu, artinya daun yang berkembang dari tangkai daun. Misalnya daun akasia (Acacia sp.).
Pada umumnya daun dikelompokkan berdasarkan susunan atau struktur tertentu.
1. Bentuk helaian daun
Bila dilihat dari posisi relatif bagian daun paling lebar, daun dikelompokkan:
a. Bagian paling lebar di bawah tengah-tengah daun, bentuknya bulat telur, segitiga, jantung, dan panah.
b. Bagian paling lebar di tengah helaian daun, bentuknya bundar, dan memanjang.
c. Bagian paling lebar di atas tengah-tengah daun, bentuknya segitiga terbalik.
d. Bagian daun sama lebar, bentuknya garis, pita, dan jarum.
2. Tepi daun
Perbedaan bentuk tepi daun diakibatkan oleh adanya torehan (sinus) di tepi daun yang menimbulkan adanya tonjolan (angulus) di tepi daun. Berdasarkan besarnya sudut sinus maupun angulus tetapi tidak merubah bentuk helaian, tepi daun dikelompokkan menjadi:
a. Bergerigi (serrate), apabila sinus bersudut runcing dan angulus bersudut runcing, misalnya daun Lantana camara.
b. Beringgit (crenate), apabila sinus bersudut runcing dan angulus bersudut tumpul, misalnya daun Kalanchoe pinnata (cocor bebek).
c. Bergigi (dentate), apabila sinus bersudut tumpul dan angulus bersudut runcing, misalnya daun Pluchea indica (beluntas).
d. Berombak (rephandate), apabila sinus bersudut tumpul dan angulus bersudut tumpul, misalnya daun Antigonon leptotus (air mata pengantin).
e. Rata (integer), apabila tidak ada sinus dan angulus, misalnya daun Artocarpus integra (nangka).
3. Susunan tulang daun
Tulang daun yang berhubungan langsung dengan tangkai daun merupakan tulang daun utama yang umumnya membagi daun menjadi dua sisi lateral yang disebut ibu tulang daun (costa).
Ibu tulang daun memiliki percabangan yang disebut tulang cabang atau cabang lateral. Dari cabang lateral tumbuh pertulangan daun yang terhalus yang disebut urat daun (vena).
Berdasarkan susunan cabang lateral (tulang daun), daun dikelompokkan menjadi:
a. Menyirip (penninerve), tulang daun tersusun seperti sirip ikan. Misalnya daun mangga (Mangifera indica).
b. Melengkung (arvinerve), sejumlah tulang daun melengkung tersusun seperti susunan jari dan berasal dari satu titik (ujung tangkai daun). Misalnya daun senggani (Melastoma polyanthium).
c. Menjari (palminerve), sejumlah tulang daun lurus seperti susunan jari dan berasal dari satu titik (ujung tangkai daun). Misalnya daun waru (Hibiscus tiliaceus).
d. Sejajar (rectinerve), sejumlah daun tersusun sejajar dari pangkal sampai ujung helaian daun. Misalnya daun alang-alang (Imperata) cyllindri


4. Bentuk ujung daun
Bentuk ujung daun dapat dibedakan menjadi:
a. Runcing, bentuk ujung bersudut runcing dengan dua sisi yang lurus dan bersudut lancip. Misalnya daun nerium.
b. Meruncing, bersudut runcing tetapi dua sisinya membelok. Misalnya daun sirsat (Annona muricata).
c. Tumpul, ujung bersudut tumpul atau kurang dari 90o. Misalnya daun sawo kecik.
d. Membulat, ujungnya tidak mempunyai sudut sehingga membulat, terdapat pada daun yang berbentuk bulat. Misalnya daun pegagan.
e. Rompang, ujung daun rata dan terdapat pada daun yang mempunyai bentuk segitiga terbalik. Misalnya daun semanggi.
f. Terbelah, bentuk ujung daun menunjukkan suatu torehan atau belahan, kadang nampak nyata. Misalnya daun sidaguri.
g. Berduri, ujung daun ditutupi oleh daun keras. Misalnya daun nanas sebrang.
c. Strukur anatomi daun
1. Epidermis
Berupa satu lapis sel yang dindingnya mengalami penebalan zat kutin (kutikula) atau dari lignin. Terdapat stomata yang diapit oleh dua sel penutup. Alat-alat lain yang terdapat di antara epidermis daun antara lain trikoma (rambut) dan sel kipas.
2. Mesofil (jaringan dasar)
Terdiri atas sel-sel parenkim yang tersusun renggang dan banyak ruang antarsel yang terdapat di sebelah dalam epidermis. Mesofil terdiferensiasi menjadi parenkim palisade (jaringan tiang) dan paernkim spons 9jaringan bunga karang).
3. Berkas pengangkut
Terdapat pada tulang daun yang berfungsi sebagai alat transpor dan sebagai penguat daun.

4. Jaringan tambahan
Meliputi sel-sel khusus yang umumnya terdapat pada mesofil daun, misalnya sel-sel kristal dan kelenjar.
1. Struktur daun Dicotyledoneae
Adapun macam jaringan daun Dicotyledoneae, letak, fungsi dan ciri:

Jaringan Letak Fungsi Ciri-ciri
A Epidermis Menyusun lapisan permukaan atas dan bawah daun.  Melindungi lapisan sel di bagian dalam dari kekeringan.
 Menjaga bentuk daun agar tetap. Terdiri dari satu lapis sel kecuali tanaman karet.
B Kutikula Melapisi permukaan atas dan bawah daun. Zat kutin untuk mencegah penguapan air melalui permukaan daun. Penebalan dari zat kutin.
C Stomata Melapisi permukaan atas dan bawah daun.  Jalan masuk dan keluarnya udara.
 Sel penjaga mengatur membuka dan menutupnya stomata. Mulut daun dengan dua sel penutup.
D Rambut dan kelenjar Permukaan atas dan bawah daun. Alat pengeluaran. Alat tambahan
E Mesofil Di antara lapisan epidermis atas dan bawah. Tempat berlangsungnya fotosintesis.  Terdiri dari sel parenkim dan banyak ruang antarsel.
 terdiferensiasi membentuk jaringan fotosintetik berisi kloroplas.
 palisade berbentuk silinder, tersusun rapat dan mengandung klorofil.
 Jaringan spons bentuknya tidak teratur, bercabang, berisi kloroplas, susunan tidak rapat.
F Urat daun Pada helai daun. Transportasi zat Menyirip atau menjari.
2. Struktur daun Monocotyledoneae
Adapun macam jaringan daun Monocotyledoneae, letak, fungsi dan ciri:
Jaringan Letak Fungsi Ciri-ciri
a Epidermis dan kutikula Lapisan permukaan atas dan bawah daun.  Melindungi lapisan sel di bagian dalam dari kekeringan.
 Mencegah penguapan air melalui permukaan daun. Terdiri dari satu sel dengan penebalan dari zat kutin.
b Stomata Berderet di antara urat daun. Jalan masuk dan keluarnya udara. Mulut daun dengan dua sel penutup.
c Mesofil Pada cekungan di antara urat daun. Membuat zat makanan melalui fotosintesis. Tidak mengalami diferensiasi, bentuknya seragam kecuali mesofil berkas pengangkut lebih besar, kloroplas lebih sedikit, dinding lebih tebal.
d Urat daun Pada helai daun. Transportasi zat. Sejajar dan melengkung.



4. Bunga
Bunga lengkap memiliki bagian-bagian sebagai berikut
1. Kelopak, umumnya bewarna hijau dan berfungsi menutup bunga di saart masih kuncup.
2. Mahkota bunga, merupakan yang indah bewarna-warni.
3. Benang sari dan serbuk sari sebagai alat kelamin jantan.
4. Putik sebagai alat kelamin betina.
5. Dasar dan tangkai bunga sebagai tempat kedudukan bunga.
Fungsi utama bunga adalah sebagai alat perkembangbiakan generatif. Perkembangbiakan generatif adalah perkembangbiakan yang dimulai deengan pembuahan. Pada tumbuhan berbunga pembuahan yang terjadi dimulai dengan penyerbukan. Penyerbukan merupakan peristiwa jatuhnya serbuk sari ke kepala putik. Bagian bunga yang paling menarik adalah mahkota. Mahkota yang indah dan berbau menyengat menarik perhatian serangga, seperti kupu-kupu, kumbang dan lebah. Akibatnya tanpa disadari proses penyerbukan terjadi. Bagi manusia bunga dapat dimanfaatkan sebagai hiasan, perlengkapan upacara adat dan bahan rempah-rempah.
Secara anatomi, daun mahkota dan daun kelopak mempunyai struktur yang sama yaitu terdapat sel – sel parenkimatis. Parenkim ini disebut mesofil. Parenkim ini terletak antara epidermis atas bawah.
Struktur daun mahkota sel – selnya mempunyai satu atau banyak berkas pengakut yang kecil – kecil. Daun mahkota mempunyai epidermis berbentuk khusus, yaitu berupa tonjolan yang disebut papila dan dilapisi kutikula.
Sementara itu, benang sari dan putik mempunyai struktur yang sangat berbeda. Secara umum benang sari terdiri atas kepala sari dan tangkai sari. Tangkai sari tersusun atas jaringan dasar yaitu sel – sel parenkimatis. Pada epidermis tangkai sari terdapat kutikula, trikomata, atau mungkin stomata. Kepala sari mempunyai struktur yang kompleks, terdiri atas dinding yang berlapis-lapis, dan di bagian terdalam terdaat lokulus (ruang sari) yang berbutir-butir serbuk sari.
Putik (pisitilium) mempunyai struktur yang sangat kompleks, seperti telah dikemukakan, bagian – bagian yang menyusun putik adalah daun – daun yang telah mengalami metamorfosis yaitu daun buah (carpellum). Daun – daun buah itulah yang akhirnya merupakan bagian buah paling luar.
5. Buah dan Biji
Apabila serbuk sari dan telah masak dan terjadi penyerbukan yang diikuti pembuahan maka bakal buah akan tumbuh menjadi buah. Sementara itu, bakal biji yang terdapat dalam bakal buah akan tumbuh menjadi biji.
Buah yang semata – mata terbentuk dari bakal buah disebut buah telanjang atau buah sejati. Sementara itu, buah yang terjadi selain dari bakal buah tetapi oleh bagian bunga yang lain disebut buah palsu atau semu.
Pada umumnya biji terdiri atas bagian – bagian seperti kulit biji, tali pusar, inti biji atau isi biji.
Kulit biji merupakakan bagian terluar biji dan berasal dari selaput bakal biji. Pada umumnya, kulit biji dari tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae) terdiri atas dua lapisan sebagai berikut.
a. Lapisan kulit luar (testa). Lapisan ini mempunyai sifat yang bermacam, ada yang tipis, ada yang kaku seperti kulit, ada yang keras seperti kayu atau batu. Bagian ini merupakan pelindung utama bagi bagian biji yang ada di dalam.
b. Lapisan kulit dalam (tegmen). Biasanya tipis seperti selaput, disebut juga dengan kulit ari.

Sementara itu, pada tumbuhan biji terbuka, (Gymnospermae), kulit biji terdiri dari 3 lapis sebagai berikut:
a. Kulit luar (sarcotesta), biasanya tebal berdaging. Pada waktu masih muda berwarna hijau, kemudian berubah menjadi kuning dan akhirnya merah.
b. Kulit tengah (sclerotesta), suatu lapisan yang kuat, keras dan berkayu.
c. Kulit dalam (endotesta), biasanya tipis seperti selaput dan seringkali melekat pada inti.
Bagian lain dari biji adalah tali pusar disebut juga tangkai biji. Setelah biji masak, biji akan terlepas dari tali pusarnya (tangkai biji), dan pada bijinya hanya tampak berkas yang dikenal sebagai pusar biji.
Bagian lain dari biji adalah inti biji. Inti biji adalah semua bagian biji yang terdapat dalam kulitnya, oleh sebab itu inti biji juga dapat dinamakan isi biji. Inti biji terdiri atas lembaga yang merupakan calon individu baru dan putih lembaga (albumen) yang merupakan jaringan berisi cadangan makanan untuk masa permulaan kehidupan tumbuhan baru (kecambah), sebelum dapat mencari makanan sendiri.













BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Organ tumbuhan, seperti halnya organ pada hewan, tersusun atas jaringan (sekelompok sel yang mempunyai keaktifan khas). Jaringan tersusun atas sel. Di dalam setiap sel hidup terdapat protoplasma yang dibatasi oleh dinding sel, dan di dalam sel itulah semua proses metabolisme terjadi.
Secara umum organ tumbuhan terdiri atas akar, batang, daun dan bunga. Akar tumbuh ke dalam tanah, sehingga memperkuat berdirinya tumbuhan. Akar juga berfungsi untuk mengambil air dan garam mineral dari dalam tanah. Pada batang terdapat daun yang berfungsi menghasilkan makanan melalui fotosintesis dan mengeluarkan air melalui transpirasi. Selain itu batang juga berperan untuk lewatnya air dan garam mineral dari akar ke daun dan lewatnya hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tumbuhan.
Bunga merupakan alat perkembangbiakan tumbuhan. Ada tumbuhan yag berbunga sempurna dan ada yang berbunga tidak sempurna. Bunga sempurna memiliki benang sari sebagai alat kelamin jantan dan putik sebagai alat kelamin betina.
Bunga yang tidak sempurna ada yang memiliki benang sari, tetapi tidak memiliki putik. Bunga yang demikian disebut bunga jantan. Sementara bunga yag tidak memiliki benang sari, tetapi memiliki putik disebut bunga betina. Ada tumbuhan yang berbunga tunggal, yaitu jika pada setiap tangkai hanya terdapat satu bunga. Ada pula tumbuhan yag berbunga majemuk, yaitu jika pada satu tangkai terdapat banyak bunga membentuk suatu rangkaian/ karangan. Dari bunga inilah akan tumbuh buah dan biji.
Keseluruhan dari organ tersebut berperan penting dalam proses kehidupan suatu tumbuhan. Akar, batang dan daun merupakan bagia yang tidak dapat terpisah dari suatu tanaman. Karena organ-organ tersebutlah terbentuk berbagai macam tumbuhan.


2. Saran
Setelah mengetahui bentuk, struktur dan fungsi dari berbagai organ tumbuhan, penyusun menyarankan bagi para pembaca khususnya yang berminat dalam bidang pertanian agar dapat benar-benar memahami organ – organ pad tumbuhan. Dengan memahami organ tersebut, maka kita akan tahu bagian mana saja yang dapat dikembangbiakan secara generatif atau bagian mana saja yang memilki nilai ekonomis yang tinggi.
Namun, kita juga perlu memilki jiwa yang tidak hanya memanfaatkan suatu tumbuhan tetapi mau melestarikan dengan menanam berbagai macam tumbuhan. Bila hal ini tidak kita miliki, maka generasi penerus kita tidak akan pernah bisa mengenal suatu tananaman secara nyata, di samping itu akan terjadi bencana di lingkungan sekitar kita dan pemanasan global akan semakin meningkat. Maka dari itu, marilah kita mulai mencintai tumbuhan dengan menanam dan memelihara tumbuhan.


















DAFTAR PUSTAKA

Mulyani, E.S, Sri. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.

Ibayati, Yayat. 2006. Panduan Menguasai Biologi. Bandung: Ganeca.

Sembiring, M.Sc, Ph.D, Langkah, dkk. 2006. Biologi Untuk Kelas XI SMA dan MA. Jakarta: Sunda Kelapa.

Senin, 25 April 2011

MAKALAH MITKONDRIA

TUGAS TERSRUKTUR
M I T O K O N D R I A

Mata Kuliah : Biologi Sel





Di susun oleh:
KELOMPOK VIII
Nama: NIM
Suharti Ningsih 090xxxxxx
Frandianus Agustinus 09xxxxxxxx

KELAS B.5
SEMESTER IV




BADAN PENDIDIKAN KARYA BANGSA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PERSADA KHATULISTIWA SINTANG
TAHUN AKADEMIK 2010/2011



KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah Biologi Sel mengenai bagian-bagian dari sel yaitu Mitrokondria pada waktu yang tepat.
Penulis tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen Pengampu mata kuliah Biologi Sel bapak Hilarius Jago Duda dan kami juga mengucapkan terima kasih kepada rekan mahasiswa⁄i yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Besar harapan kami agar makalah ini dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar dan makalah dapat bermanfaat bagi para pembaca umumnya dan bagi kami sendiri khususnya.
Kami menyadari bahwa tidak ada gading yang tak rentak dan gading kalau tidak retak. Oleh karena itu, deangan segala kerendahan hati kami memohon ampun saran dan kritik demi kesempurnaan makalah ini.

Sintang, 28 Maret 2011

Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Mitokondria
B. Struktur Mitokondria
C. Fungsi Mitokondria
D. Siklus Hidup Mitokondria
E. Respirasi Sel
F. Glikolisis
G. Siklus Asam Sitrat (Siklus Krebs)
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap organisme atau makhluk hidup memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Semakin besar ukuran tubuh makhluk hidup, semakin banyak jumlah sel penyusunnya. Sebagai penyusun tubuh makhluk hidup, sel dapat dianalogikan dengan batu bata yang menyusun suatu bangunan.
Tubuh kita tersusun oleh bermilyar-milyar sel. Sel merupakan unit terkecil dari makhluk hidup. Hal ini di karenakan sel tidak dapat dibagi-bagi lagi menjadi bagian yang lebih kecil dan dapat berdiri sendiri.
Sel merupakan satuan struktural dan fungsional terkecil dari makhluk hidup. Untuk menjalankan fungsinya sel dilengkapi dengan bagian-bagian sel yang disebut organel atau jamak disebut organella. Salah satu organelnya yaitu Mitokondria.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang anda ketahui tentang Mitokondria?
2. Bagaimana dengan struktur organel tersebut?
3. Sebutkan fungsi dari organel tersebut?
C. Tujuan Penulisan
Mengenai tujuan penulisan makalah ini, kami sebagai Mahasiswa/i ingin mengenal secara jelas tentang organel Mitokondria. Selain itu juga kami ingin mengetahui struktur dan fungsi dari organel Mitokondria.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Mitokondria
Mitokondria merupakan bagian penyusun dari Sel Eukariotik. Sel Eukariotik tidak hanya terdiri atas Mitokondria, tetapi juga organel-organel lain yang bermembran seperti Reticulum Endoplasma, Apparatus Golgi, Lisosom dan Mitokondria.
Istilah Mitokondria (apabila tunggal di sebut Mitokondrion) berasal dari bahasa Yunani, yaitu mitos artinya benang dan chondrion artinya butiran kecil. Melalui mikroskop cahaya, Mitokondria terlihat seperti butiran-butiran kecil, batang, atau filamen dengan ukuran yang sangat beragam. Mitokondria terdapat di semua jenis sel dengan jumlah yang bervariasi, bergantung pada jenis selnya. Pada sel-sel yang memiliki aktifitas tinggi, misalnya sel hati dan sel otot, jumlah Mitokondria mencapai lebih dari 1000.
Dengan mikroskop electron terlihat bahwa Mitokondria memiliki dua lapis membrane atau membrane ganda. Membrane luar membatasi Mitokondria dengan Sitoplasma (plasma sel/cairan dalam sel). Membrane luar bersifat licin karena cairan dalam sel tersebut. Sedangkan membrane dalam membentuk lipatan-lipatan yang disebut Krista. Krista tersebut berfungsi memperluas permukaan membrane dalam untuk reaksi respirasi agar penyerapan oksigen lebih efektif.
Pada sel-sel tumbuhan, Krista umumnya berbentuk tubulus dan seperti vilus. Sedangkan Krista pada sel hewan berbentuk seperti lembaran atau lempengan. Ruang di antara Krista-krista yang berisi cairan disebut matriks, yang memiliki kepekatan lebih tinggi dibandingkan Sitoplasma. Matriks ini kaya dengan enzim pernapasan (sitokrom), DNA, RNA, dan protein.
Seperti halnya membrane sel, membrane Mitokondria mengandung protein dan fosfolipid. Beberapa proteinnya merupakan protein ekstrinsik, tetapi sebagian besar merupakan protein intrinsic. Mitokondria memiliki ribosom-ribosom sendiri untuk menbentuk protein Mitokondria. Bahkan Mitokondria memiliki DNA sehingga sifatnya ditentukan oleh DNA-nya sendiri tanpa tergantung nucleus/inti sel. Dengan kata lain, Mitokondria memiliki DNA sendiri yang mengkode sintesis protein spesifik.
Fakta yang mendukung Mitokondria merupakan organel hasil evolusi dari sel α-proteobacteri prokariota yang berendosimbiosis dengan sel eukariota:
• Adanya DNA di dalam mitokondria menunjukkan bahwa dahulu mitokondria merupakan entitas yang terpisah dari sel inangnya.
• Beberapa kemiripan antara mitokondria dan bakteri, baik ukuran maupun cara reproduksi dengan membelah diri juga struktur DNA yang berbentuk lingkaran.
Oleh karena itu, Mitokondria memiliki system genetic sendiri yang berbeda dengan system genetic inti. Selain itu, ribosom dan RNA mitokondria lebih mirip dengan yang dimiliki bakteri dibandingkan dengan yang di kode oleh inti sel eukariotik.
B. Struktur mitokondria
Mitokondria banyak terdapat pada sel yang memiliki aktifitas metabolisme tinggi dan memerlukan banyak ATP dalam jumlah banyak, misalnya sel otot dan jantung. Jumlah dan bentuk mitokondria bisa berbeda-beda untuk setiap sel. Mitokondria berbentuk elips dengan diameter 0,5 µm dan panjang 0,5 – 1,0 µm. Struktur mitokondria terdiri dari empat bagian utama, yaitu membrane luar, membran dalam, ruangan antar membran, dan matriks yamg terletak di bagian dalam membrane.
Membrane luar terdiri dari protein dan lipid dengan perbandingan yang sama serta mengandung protein purin yang menyebabkan membrane ini bersifat permeable terhadap molekul-molekul kecil yang berukuran 6000 Dalton. Dalam hal ini membrane luar mitokondria menyerupai membrane luar bakteri. Selain itu, membran luar yang mengandung enzim yang terlibat dalam biosintesis lipid dan enzim yang berperan dalam proses transport lipid ke matriks untuk menjalani β-oksidasi menghasilkan asetil-ko A.
Membran dalam yang kurang permeable dibandingkan membrane luar terdiri dari 20% lipid dan 80% protein. Membrane ini merupakan tempat utama pembentukan ATP, luas permukaan ini meningkat sangat tinggi di akibatkan banyaknya lipatan yang memijat ke dalam matriks, disebut Krista.
Struktur Krista ini meningkatkan luas permukaan membrane dalam sehingga meningkatkan kemampuannya dalam memproduksi ATP. Membrane dalam mengandung protein yang terlibat dalam reaksi fosforilasi oksidatif, ATP yang berfungsi membentuk ATP pada matriks mitokondria, serta protein transport yang mengatur keluar masuknya metabolic dari matriks melewati membrane dalam.
Ruang antar membrane yang terletak di antara membrane luar dengan membrane dalam, merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi yang penting bagi sel. Seperti siklus krebs, reaksi oksidasi asam amino, dan reaksi β-oksidasi asam lemak. Di dalam matriks mitokondria yang terdapat materi genetic, yang dikenal dengan DNA mitokondria (mtDNA), ribosom, ATP, ADP, fosfat inorganic serta ion-ion seperti magnesium, kalsium dan kalium.



C. Fungsi Mitokondria
Peran utama Mitokondria adalah sebagai tempat respirasi sel untuk menghasilkan energy dalam bentuk ATP. Metabolisme karbohidrat akan berakhir di Mitokondria ketika piruvat di transport dan dioksidasi oleh oksigen dan menjadi karbon dioksida dan air. Energy yang dihasilkan sangat efisien yaitu sekitar 30 molekul ATP yang diproduksi untuk setiap molekul glukosa yang dioksidasi. Sedangkan dalam proses glikolisis hanya dihasilkan 2 molekul ATP. Proses pembentukan energy atau dikenal sebagai fosforilasi oksidatif terdiri atas tahapan-tahapan reaksi enzimatis yang melibatkan kompleks enzim yang terdapat pada membrane bagian dalam mitokondria. Proses pembentukan ATP melibatkan proses transport electron dengan bantuan 4 kompleks enzim yang terdiri dari kompleks I (NADH dehidrogenase), kompleks II (suksinat dehidrogenase), kompleks III (koenzim Q-sitokrom C reduktase) dan juga dengan bantuan FoFL ATP sintase dan adenine nucleotide translocator (ANT). Karena fungsinya itu, mitokondria cenderung berkumpul di dalam sel-sel aktif misalnya sel otot, sel saraf, dan sel-sel sekretoris. Berkaitan dengan fungsi tersebut mitokondria sering di sebut the power house of cell
Secara sederhana.reaksi oksidasi zat makanan di dalam mitkondria yang menghasilkan energy dan zat sisa dapat ditulis sebagai berikut:

C6H12O6 + O2 roeksspiidraassii CO2 + H2O + energy

D. Siklus Hidup Mitokondria
Mitokondria dapat melakukan replikasi secara mandiri (self replicating) separti sel bakteri. Replikasi terjadi apabila mitokondria ini menjadi terlalu besar sehingga melakukan pemecahan (fission). Pada awalnya sebelum mitokondria bereplikasi, terlebih dahulu dilakukan replikasi mitokondria. Proses ini dimulai dari pembelahan pada bagian dalam yang kemudian diikuti pembelahan pada bagian luar. Proses ini melibatkan pengkerutan bagian dalam dan kemudian bagian luar membrane seperti ada yang menjepit mitokondria. Kemudian akan terjadi pemisahan dua bagian mitokondria.
E. Respirasi Sel
Pada hakikatnya reduksi asam piruvat menjadi asam laktat atau etanol dan CO2 adalah suatu proses anabolik yang memerlukan energy. Asam piruvat berfungsi sebagai akseptor electron yang telah dipisahkan dari PGAL. Asam laktat megandung lebih banyak energy bebas dari pada asam piruvat, maka proses tersebut merupakan proses penyimpanan energy. Sebagian keuntungan yang didapat dari oksidasi PGAL menjadi hilanng. Energy yang kita dapatkan dari bahan bakar yang kita pakai paling banyak hanya 7%.
Pemindahan dua electron dari NADH pada O2, menghasilkan kira-kira 52 kkal energy yang dapat dimanfaatkan oleh sel. Kecuali itu kalau kita mempunyai cara agar oksidasi asam piruvat dapat berlangsunng terus, maka energy besar yang terkandung didalamnya dapat dimanfaatkan. Dalam tahap-tahap permulaan evolusi, organisme hidup telah mempunyai kemampuan untuk mengerjakan 2 hal, yaitu:
1. Pemanfaatan O2 sebagai akseptor akhir dari electron yang dipisahkan dari karbohidrat, dan
2. Oksidasi sempurna dari asam piruvat.
Pada eukariotik kedua aktifitas ini berlangsung dalam mitokondrua, inilah yang disebut proses respirasi sel.
F. Glikolisis
Glikolisis adalah suatu produksi asam piruvat dari glukosa. Enzim yang dibutuhkan untuk glikolisis terdapat di dalam sitosol. Dalam keadaan anaerobic mungkin di fermentasi, membentuk suatu produk seperti asam laktat (misalnya dalam otot yang bekerja berlebihan mempergunakan glikolisis untuk memenuhi kebutuhan energinya) atau etanol dan karbon dioksida. Bila terdapat oksigen, asam piruvat masuk ke dalam mitokondria, dimana asam tersebut dioksidasi oleh enzim-enzim dari siklus asam sitrat. Proses ini yang di sebut respirasi sel.
Pembakaran glukosa memerlukan oksigen. Tetapi beberapa sel hidup dimana tidak terdapat oksigen. Semua sel mempunyai peralatan enzimatik untuk mengkatabolis glukosa tanpa bantuan oksigen. Perombakan anaerobic (tanpa udara dan tanpa oksigen) glukosa ini disebut glikolisis. Sel-sel yang hidup tanpa oksigen menggunakan glikolisis untuk mendapatkan energy yang diperlukan untuk hidupnya.
G. Siklus Asam Sitrat (Siklus Krebs)
Proses yang menentukan dalam respirasi sel adalah oksidasi sempurna dari asam piruvat dengan jalan pemisahan bertahap dari semua atom hydrogen sehingga menghasilkan 3 molekul CO2, dan pemindahan electron yang dipisahkan dari atom hydrogen pada oksigen molekul.
Reaksi siklus asam sitrat juga dikenal sebagai siklus krebs atau siklus asam karboksilat, menyelesaikan oksidasi yang sempurna dan mempertahankan gugus asetil dari Asetil-KoA. Pada eukariotik, reaksi ini terjadi di dalam mitokondria.
Di dalam mitokondria, asam piruvat mengalami langkah oksidasi lebih lanjut. Seperti pada oksidasi PGAL, hal ini dilaksanakan oleh NAD. Seperti sebelumnya, dua atom hydrogen dipisahkan dan hal ini mereduksi NAD+ menjadi NADH. Pada saat yang sama sebuah molekul CO2 dipisahkan. Fragmen yang terjadi mengikat secara kovalen pada koenzim lain, koenzim A untuk membentuk suatu kompleks yang disebut Asetil-KoA. Sekarang Asetil-KoA memasuki suatu urutan daur reaksi kimia sampai oksidasi itu sempurna. Urutan reaksi ini disebut siklus (daur) krebs, nama ahli biokimia yang menemukan pertama kali atau siklus (daur) asam sitrat, karena menggambarkan langkah pertama dari siklus tersebut, yaitu penyatuan asetil-koa dengan asam aksaloasetat untuk membentuk asam sitrat. Dalam proses ini satu molekul koa dibentuk kembali dan terpakai satu molekul aair. Asam aksaloasetat adalah sebuah asam dengan empat karbon dengan dua gugus karboksil. Jadi asam sitrat mempunyai enam atom karbon dan tiga gugus karboksil (asam sitrat adalah asam yang terdapat dalam buah seperti jeruk dan anggur).
Setelah dua langkah, yang menghasilkan suatu isomer asam sitrat, terjadi oksidasi baru dengan perantara NAD. Proses ini berlangsung sekali lagi, dengan pemisahan satu molekul CO2. Persenyawaan yang dihasilkan adalah asam α-ketoglutarat. Kemudian zat ini mengalami oksidasi ( NAD+ + 2H NADH + H+ ) dan dikarboksilasi (CO2). Langkah ini dibarengi dengan penyiapan molekul Air. Jadi hasilnya mempunyai kandungan atom karbon dan atom oksigen yang berkurang satu. Zat ini adalah asam suksinat.
Perubahan asam α-ketoglutarat menjadi asam suksinat dibarengi dengan perubahan energy bebas sebanyak kurang lebih -8 kkal. Jumlah ini cukup untuk dimanfaatkan dalam proses pembentukan satu molekul ATP (ΔG = 7,3 kkal). Dan proses ini, meskipun tidak sevara langsung, memang terjadi. Pertama-tama satu gugus fosfat dikaitkan pada nucleotide GDP (guanosina difosfat) dan mengubahnya menjadi GTP (guanosina trifosfat). Kemudian GTP memindahkan fosfat terminalnya yang tinggi energy itu pada ADP untuk membentuk ATP.
Proses itu adalah oksidasi dari asam suksinat menjadi asam fumarat. Sekali lagi dua atom hydrogen dipisahkan, tetapi zat yang mengoksidasi adalah suatu koenzim yang disebut flavin adenine dinukleotida atau FAD. FAD ini direduksi menjadi FADH2.
Dengan penyisipan satu molekul air lagi, maka asam fumarat dirubah menjadi asam malat.satu proses oksidasi lain dari asam malat dengan perantaraan NAD menghasilkan asam oksaloasetat. Dengan regenerasi asam oksaloasetat tersebut maka molekul Aseti-KoA lain dapat masuk dalam siklus ini, sehingga seluruh proses dapat berulang kembali.
Pada hakekatnya, kita menempatkan satu molekul asam asetat (CH3COOH dalam bentuk Asetil-KoA) di dalam siklus tersebut. Kita menambahkan dua molekul air pada waktu siklus itu berputar. Terjadi dua dekarboksilasi dan pada empat kejadian berlainann dipisahkan dua atom hydrogen.
Proses tersebut dapat ditulis:
CH3COOH + 2H2O 2CO2 + 8H
Hidrogen-hidrogen itu dipisahkan oleh NAD+ (FAD untuk satu pasang). Pada akhirnya hydrogen tersebut diikat oleh arom O2 sehingga terbentuk air. Dengan demikian asam asetat dioksidasi dengan sempurna menjadi karbon dioksida dan air.





BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sel merupakan unit terkecil penyusun makhluk hidup. Salah satu penyusunnya adalah Mitokondria. Mitokondria berbentuk elips dengan diameter 0,5 µm dan panjang 0,5 – 1,0 µm. Struktur Mitokondria terdiri dari empat bagian utama, yaitu membrane luar, membran dalam, ruangan antar membran, dan Matriks yang terletak di bagian dalam membrane. Peran utama Mitokondria adalah sebagai tempat respirasi sel untuk menghasilkan energy dalam bentuk ATP. Secara garis besar, tahap respirasi pada tumbuhan dan hewan melewati jalur yang sama, yang dikenal dengan istilah Daur/Siklus Krebs. Berkaitan dengan peranannya, Mitokondria sering di sebut the power house of cell.

B. Saran
Makalah ini kami buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya. Bagi rekan mahasiswa/i, semoga makalah ini banyak membantu kita dalam kegiatan perkuliahan, yakni mata kuliah biologi sel. Dalam penerapannya, diharapkan kepada rekan mahasiswa/i agar lebih mengenal dan memahami peranan mitokondria sebagai bagian penyusun dari unit dasar kehidupan ini.


DAFTAR PUSTAKA

Kimball, John W. 1983. BIOLOGI Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Campbell, dkk. 2002. BIOLOGI Edisi 5 Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Purnomo, dkk. 2006. BIOLOGI Untuk Kelas XI. Jakarta: Sunda Kelapa Pustaka.
H, Nurfatkkiyah. 2004. Biologi SMA. Sukarakarta: Kurnia Mandiri.
Pujiyanto, Sri. 2004. Khasanah Pengetahuan BIOLOGI 2A. Solo: Tiga Serangkai.
Lestari, Sri. dkk. 2003. Biologi Untuk Kelas 1 SLTP. Klaten: Intan Pariwara.

Selasa, 19 April 2011

Pantun Ucapan selamat Paska 2011

buat teman-teman yang ingin ngucapin selamat paska dalam bentuk pantun, boleh2aza mendwonload atau mengcopykan pantun ku ini:

Hari minggu pergi ke Gereja
Pergi ke Gereja memuji Kristus Tuhan
Selamat paska sanak keluarga
Mari bangkit sonsong kejayaan

Jalan-jaln ke taman mini
lalu bersantai di air pancur
Selamat Paska Umat Kristiani
dosa tlah hancur, maut telah lebur

Dihari minggu mendaki bukit
Mendaki bukit hatinya ceria
Di hari Paska Kristus tlah Bangkit
Sebagai bukti cinta-Nya pada kita

Hari selasa membeli semangka
tidak lupa membeli durian
Hari Paska hari yang bahagia
Karna maut telah dikalahkan